adab murid terhadap guru mursyid

Dandari keterangan Guru Mursyid beliau ternyata perjumpaa dengan Allah dalam mimpi yang dialami oleh Imam Al Ghazali itu hanyalah fase awal dari perjalanan rohani. Inilah sikap seorang murid terhadap mursyidnya atau sikap seorang pelajar terhadap gurunya. Dengan demikian, Mursyid atau gurunya akan dapat mengenalkannya tentang penyakit Adabadab bercakap dengan guru : 1. Menggunakan bahasa yang sopan. 2. Memandang muka guru. 3. Merendahkan suara. 4. Menyahut panggilan guru. Adab-adab yang tidak wajar dilakukan terhadap guru : 1. Suka menyampuk percakapan guru. 2. Meninggikan suara apabila bercakap dengan guru. 3. Tidak memandang muka guru apabila bercakap. 4. Ada21 adab suluk yang inti pokoknya mengatur ketentuan-ketentuan orang yang suluk itu supaya mendapatkan hasil maksimal dalam suluknya. maka rabithah antara murid dengan guru mursyid adalah transfer of spiritual, yakni mentransfer masalah-masalah keruhanian. Menyaksikan dengan hatinya ketika sedang melaksanakan dzikir terhadap KenaliGuru Mursyid Rabbani yang Hakiki. Siapa dia Mursyid Rabbani yang Hakiki ? Seorang Guru Mursyid Rabbani yang memimpin muridnya ke jalan Allah, dan seorang yang Alim yang sedar lagi matang, dialah yang memberikan contoh yang sempurna mengenai islam, iman dan ihsan. Tiada harus baginya untuk menyembunyikan agama Allah, atau ilmu pengetahuan budayaadab murid terhadap guru dalam perspektif kitab Adāb al-‘Ālim Wa al-Muta’allim belum mengacu sepenuhnya pada kitab tersebut melainkan ada juga budaya yang masih bersumbeer dari peraturan-peraturan pondok dari zaman dahulu sampai sekarang. Kata kunci: Adab murid kepada guru, Kitab Adāb al-‘Ālim Wa al-Muta’allim. AdabSopan Santun Kepada Guru Sempurnanya Nikmat Seorang Murid terhadap Gurunya dengan melalui bimbingan seorang guru mursyid yang khusus yang sudah istiqamah menetapi semua syarat-syaratnya menuju maqom hakikat. Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumudin membuat sistematika maqamat dengan taubat - sabar - faqir - zuhud - tawakal - mahabbah PENGARUHPROFESIONALISME GURU DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi di SMPN 2 Mancak Kabupaten Serang aturan-atuarn (adab), kepemimpinan (mursyid), hubungan antara mursyid-mursyid atau antara guru dengan anggota tarekat, wasilah, rabithah, silsilah, ijazah, suluk, dan ritual-ritual seperti bai AdabSeorang Pelajar (Murid) terhadap Gurunya Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin / Publikasi: Jum'at, 4 Januari 2008 14:28 Dasar keilmuan itu tidak dapat diperoleh dengan belajar sendiri dari kitab, namun harus bimbingan seorang guru ahli yang akan membuka pintu-pintu ilmu baginya, agar engkau selamat dari kesalahan dan ketergelinciran. PENDIDIKDAN PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF PENDIS. 9:47:00 PM KAPITA SELEKTA PENDIS. BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan. Namunkarena pemahaman terhadap kedua sumber ajaran tersebut terbatas, mereka mengklaim bahwa dunia tasawuf bisa ditempuh tanpa bimbingan seorang Mursyid. (W. 973 H) secara khusus menulis kitab yang berkaitan dengan etika hubungan antara Murid dengan Mursyid tersebut, dalam “Lawaqihul Anwaar al-Qudsiyah fi Ma’rifati Qawa’idus Shufiyah . Bagi seorang murid, sami'na wa atho'naa kepada guru adalah kewajiban. terlebih kepada guru adab seoran murid kepada guru mursyidAdab ke-1 Murid kepada Guru MursyidMurid harus memulyakan dan mengagungkan Guru Mursyidnya lahir dan bathin. Meyakinkan bahwa tifak akan berhasil tujuannya kecuali parantaraan jika bermacam-macam keinginan hatinya kepada Guru Mursyid lain, maka tertutuplah berkah dari guru MursyidnyaAdab ke-2 Murid kepada Guru Mursyid Pasrah, patuh dan RidhoHendaknya murid pasrah, patuh dan ridho dengan pengaturan Guru Mursyidnya. Siap mengabdi menyumbangkan harta dan mencurahkan tenaganya untuk Guru bukti kehendak dan cintanya murid terhadap Guru Mursyid tidak bisa dibuktikan kecuali dengan cara ini, kejujuran dan keikhlasan murid tidak bisa diketahui kecuaili dengan ukuran ke-3 Murid kepada Guru Mursyid TIdak Boleh Menentang Guru MursyidAdab ke-4 Murid kepada Guru Mursyid Semata-mata Agar Bisa TaqorrubAdab ke-5 Murid kepada Guru Mursyid Meninggalkan Pilihan SendiriAdab ke-6 Murid kepada Guru Mursyid jangan Membicarakan Keadaan Pribadi Guru MursyidAdab ke-7 Murid kepada Guru Mursyid Selalu Menjaga AdabAdab ke-8 Murid kepada Guru Mursyid Karena Barokah Guru MursyidAdab ke-9 Murid kepada Guru Mursyid Tidak Boleh Merahasaiakan terhadap Guru MursyidAdab ke-10 Murid kepada Guru Mursyid Tidak Boleh Mengambil Sikap SendiriAdab ke-11 Murid kepada Guru Mursyid Tidak Boleh Menyebarkan Rahasia Guru MursyidAdab ke-12 Murid kepada Guru Mursyid Tidak Boleh Menikah dengan Perempuan yang diinginkan oleh Guru MursyidAdab ke-13 Murid kepada Guru Mursyid Kembalikan Kepada Guru MursyidAdab ke-14 Murid kepada Guru Mursyid Menjaga Keluarga Guru MursyidAdab ke-15 Murid kepada Guru Mursyid Segera Sowan kepada Guru Mursyid, Jika Diri Masih ada Ujub Akhlaq DALAM Islam, ternyata, bukan hanya murid terhadap guru, pun sebaliknya, guru terhadap murid pun, haruslah mempunyai budi pekerti, atau adab. Adab guru terhadap murid, sama pentingnya dengan adab murid kepada guru. Budi pekerti luhur atau Al-Akhlaq Al-Karimah dalam perspketif islam adalah salat satu misi pokok Nabi Muhammad SAW. Rasulullah ditugaskan Allah memperbaiki atau menyempurnakan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Budi pekerti adalah kesadaran perbuatan atau perilaku seseorang. Dari segi etimologi kata, Istilah budi pekerti adaah gabungan dari 2 kata yaitu budi dan pekerti. Arti kata budi sendiri adalah sadar,nalar,pikiran,watak. Sedangkan arti kata pekerti adalah perilaku, perbuatan, perangai, tabiat, watak, yang jika disimpulkan bahwa budi pekerti yaitu sesuatu yang berkaitan dengan karakter manusia baik dalam sifat maupun perbuatan, yang dilakukan dengan kesadaran. Penerapan budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari memberi pengaruh positif bagi lingkungan. Jika setiap individu menunjukkan perilaku baik maka di mata orang lain juga akan menilai orang tersebut sebagai orang yang baik, begitupun sebaliknya. Foto Arab News Perilaku yang baik ini ditunjukan dengan kebiasaan yang sederhana, misalnya dengan bersikap sopan, membiasakan diri dengan senyum dan sapa atau sering menggunakan kata tolong, maaf dan terima kasih. Pendidikan budi pekerti dilakukan sejak dini sangatlah penting, karena budi pekerti merupakan perilaku seseorang sehingga harus dididik dan ditanamkan dengan nilai-nilai budi pekerti yang luhur. BACA JUGA Kesaksian Anas bin Malik Atas Budi Pekerti Nabi Pendidikan budi pekerti ini sendiri memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah berusaha mencegah kejadian-kejadian yang sifatnya negatif, berusaha menanamkan sejak dini nilai-bilai norma dan luhur yang mulai berkurang dan juga untyuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat lewat pemahaman Pendidikan budi pekerti. Salah satu Riwayat yang memberikan anjuran untuk mempunyai budi pekerti yang luhur ialah Hadist Riwayat Ahmad اَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا Artinya ’Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang paling baik budi pekertinya Ahmad. Berdasarkan hadist diatas, ketika kita mengaku ingin meningkatkan dan menyempurnakan iman kepada Allah dan pada rukun-rukun iman yang lain maka hendaknya kitab isa terus menyempurnakan budi pekerti kita, seperti budi pekerti yang dimiliki oleh Rasulullah SAW. Begitu juga dengan seorang guru ketika mengajar kepada muridnya harus memiliki budi pekerti. Inilah empat macam adab guru terhadap muridnya 1. Adab Guru terhadap Murid Hendaknya mengajar dan mendidik dengan berharap ridho Allah Ketika mengajar harus mempunyai maksud dan tujuan yang baik yaitu dengan mengharapkan ridho dari Allah SWT. Serta mempertahankan kebenaran dan keadilan dalam melestarikan kebaikan umat dengan memperbanyak para ilmuan, dan mengharapkan pahala dari orang yang menyelesaikan belajarnya dan mengharapkan barokahnya do’a mereka kepadanya. Sesungguhnya mengajarkan ilmu itu termasuk perkara yang penting didalam agama dan derajat yang tinggi bagi orang-orang mukmin. 2. Adab Guru terhadap Murid Hendaknya seorang guru tidak mencegah untuk mengajar muridnya karena tidak ikhlasnya niat murid itu. Sesungguhnya bagusnya niat yang di harapkan dengan barokah ilmu. Sebagian Ulama salaf berkata ’Kami menuntut ilmu karena selain Allah, maka ilmu itu menolak kecuali karena Allah’’. Foto Abu Umar/Islampos Bahwasanya ilmu dapat diperoleh dengan niat karena Allah. Karena apabila niat yang ikhlas disyaratkan ketika mengajar para pemua, yang mana mereka sulit untuk ikhlas, maka hal itu akan menyebabkan hilangnya ilmu dari kebanyakan manusia. Akan tetapi seorang guru mengajarkan kepada para pemula dengan niat yang baik-baik secara pelan-pelan, baik ucapan atau perbuatan, dan memberi tahu kepadanya, bahwa sesungguhnya dengan bagusnya niat dia akan memperoleh derajat yang tinggi dari ilmu dan amal. Dan memperoleh anugerah yang baik, dan memperoleh berbagai macam hikmah dan terangnya hati dan lapangnya dada, dan mendapat kebaikan, dan bagusnya keadaan dan lurusnya ucapan, dan tingginya derajat di hari kiamat. 3. Adab Guru terhadap Murid Hendaknya menyukai mencari sesuatu ilmu sebagaimana yang telah tercantum dalam Hadist dan membenci sesuatu terhadapnya sebagaimana hadist membencinya. Seorang guru wajib bersungguh-sungguh dalam pencarian ilmu untuk menggauli para santri sebagaimana dia menggauli sesuatu pada anak-anaknya yang mulya dengan kasih sayang, berbuat baik, sabar atas keras kepala atas kurangnya sesuatu yang menimpanya dan tidak menjauhi/menyendiri dari pergaulan manusia. Apabila cara mengetahui kecerdasan mereka dengan isyarat saja maka tidak ada kebutuhan/gunanya dengan cara ibarat mencontohkan dan apabila belum paham juga kecuali dengan terangnya ibarat maka didatangkan cara itu tidak apa-apa. BACA JUGA Mengapa Akhlak Sangat Penting dalam Islam? 4. Adab Guru terhadap Murid Hendaknya mempermudah para santri menyampaikan materi dengan semudah mungkin dalam pengajarannya. Seorang guru wajib menyampaikan dengan tutur kata yang lembut dalam memberi kepahaman, apalagi santri itu keluarga sendiri. Tidak boleh menyimpan menyembunyikan bila ditanya sesuatu karena itu adalah bagian dari dirinya, karena terkadang hal-hal tersebut membingungkan dan membuat bimbang hati, dan berpaling nya hati dan menyebabkan kegelisahan/kegusaran. Imam bukhori sungguh-sungguh telah mengatakan dalam kitab Ar-Robbani’ ’Bahwasannya beliau dalam hal mendidik manusia dengan semudah-mudahnya kecilnya ilmu sebelum mengajarkan kepada mereka yang besar yang sulit. [] SUMBER EBOOK ’Adabul Alim Wal muta’alim’’ Dalam proses pembelajaran, murid membutuhkan orang alim atau yang umum disebut dengan guru, ustadz, atau kiai. Murid dan orang alim perlu berinteraksi. Oleh karena itu ada adab-adab tertentu yang harus diperhatikan seorang murid terhadap gurunya sebagaimana dinasihatkan oleh Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjdudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 431 sebagai berikut آداب المتعلم مع العالم يبدؤه بالسلام ، ويقل بين يديه الكلام ، ويقوم له إذا قام ، ولا يقول له قال فلان خلاف ما قلت ، ولا يسأل جليسه في مجلسه ، ولا يبتسم عند مخاطبته ، ولا يشير عليه بخلاف رأيه ، ولا يأخذ بثوبه إذا قام ، ولا يستفهمه عن مسألة في طريقه حتى يبلغ إلى منزله، ولا يكثر عليه عند ملله. Artinya, “Adab murid terhadap guru, yakni mendahului beruluk salam, tidak banyak berbicara di depan guru, berdiri ketika guru berdiri, tidak mengatakan kepada guru, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda”, tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya ketika guru di dalam majelis, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah.” Dari kutipan di atas dapat diuraikan kesepuluh adab murid terhadap guru sebagai berikut Pertama, mendahului beruluk salam. Seorang murid hendaknya mendahului beruluk salam kepada guru. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa yang kecil memberi salam kepada yang besar. Kedua, tidak banyak berbicara di depan guru. Banyak berbicara bisa berarti merasa lebih tahu dari pada orang-orang di sekitarnya. Apa bila hal ini dilakukan di depan guru, maka bisa menimbulkan kesan seolah-seolah murid lebih tahu dari pada gurunya. Hal ini tidak baik dilakukan kecuali atas perintah guru. Ketiga, berdiri ketika guru berdiri. Bila guru berdiri, murid sebaiknya lekas berdiri juga. Hal ini tidak hanya penting kalau-kalau guru memerlukan bantuan sewaktu-waktu, misalnya uluran tangan agar segera bisa tegak berdiri, tetapi juga merupakan sopan santun yang terpuji. Demikian pula jika guru duduk sebaiknya murid juga duduk. Keempat, tidak mengatakan kepada guru, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda.” Ketika guru memberikan suatu penjelasan yang berbeda dengan apa yang pernah dijelaskan oleh orang lain, sebaiknya murid tidak langsung menyangkal penjelasan guru. Sebaiknya murid meminta izin terlebih dahulu untuk menyampaikan pendapat orang lain yang berbeda. Jika guru berkenan, murid tentu boleh menyampaikan hal itu. Kelima, tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya sewaktu guru di dalam majelis. Dalam majlis ta’lim atau kegiatan belajar mengajar di kelas, murid hendaknya bertanya kepada guru ketika ada hal yang belum jelas. Hal ini tentu lebih baik daripada bertanya kepada teman di sebelahnya. Lebih memilih bertanya kepada teman dan bukannya langsung kepada guru bisa membuat perasaan guru kurang nyaman. Keenam, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru. Guru tidak sama dengan teman, dan oleh karenanya tidak bisa disetarakan dengan teman. Seorang murid harus memosisikan guru lebih tinggi dari teman sendiri sehingga ketika berbicara dengan guru tidak boleh sambil tertawa atau bersenyum yang berlebihan. Ketujuh, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru. Bisa saja seorang murid memiliki pendapat yang berbeda dengan guru. Jika ini memang terjadi, murid tidak perlu mengungkapkannya secara terbuka sehingga diketahui orang banyak. Lebih baik murid meminta komentar sang guru tentang pendapatnya yang berbeda. Cara ini lebih sopan dari pada menunjukkan sikap kontra dengan guru di depan teman-teman. Kedelapan, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri. Ketika guru hendak berdiri dari posisi duduk mungkin ia membutuhkan bantuan karena kondisinya yang sudah agak lemah. Dalam keadaan seperti ini, murid jangan sekali-kali menarik baju guru dalam rangka memberikan bantuan tenaga. Ia bisa berjongkok untuk menawarkan pundaknya sebagai tumpuan untuk berdiri; atau sesuai arahan guru. Kesembilan, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah. Jika ada suatu hal yang ingin ditanyakan kepada guru, terlebih jika itu menyangkut pribadi guru, tanyakan masalah itu ketika telah sampai di rumah. Tentu saja ini berlaku terutama kalau perjalanan dengan menaiki kendaraan umum. Kesepuluh, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah. Dalam keadaan guru sedang lelah, seorang murid hendaknya tidak mengajukan banyak pertanyaan yang membutuhkan jawaban pelik, misalnya. Dalam hal ini dikhawatirkan guru kurang berkenan menjawabnya sebab memang sedang lelah sehingga membutuhkan istirahat untuk memulihkan stamina. Demikian kesepuluh adab murid terhadap guru sebagaimana dinasihatkan oleh Imam al-Ghazali. Jika diringkas, maka pada intinya adalah seorang murid hendaknya berlaku hormat kepada guru baik dengan sikap-sikap tertentu maupun dengan pandai-pandai menjaga lisan. Ia hendaknya tahu kapan dan bagaimana sebaiknya ia berbicara kepada guru termasuk ketika hendak mengajukan pertanyaan. Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama UNU Surakarta. - Adapun diantara sekian banyak adab murid kepada Syeikh Mursyid , disini saya catat ada 9 Adab / Etika diantaranya ialah sebagai berikut ١- اَنْ لاَيَعْتَرِضَ عَلَيْهِ فِيْمَا فَعَلَهُ ، وَلَوْكَانَ ظَاهِرُهُ حَرَامًا وَلاَيَقُوْلُ لِمَ فَعَلْتَ كَذَا ، لأَِنَّ مَنْ قَالَ لِشَيْخِهِ لِمَ لاَيَفْلَحُ أَبَدًا 1 . Tidak boleh menentang terhadap apa yang dilakukan oleh Guru Mursyid , sekalipun zhohirnya nampak seperti haram dan jangan mengatakan kepada Guru Mursyid MENGAPA ? Barangsiapa yang berbuat demikian maka tidak akan sukses selamanya .٢ - اَنْ يَسْلُبَ اِخْتِيَارَ نَفْسِهِ بِاخْتِيَارِ شَيْخِهِ فِىْ جَمِيْعِ اْلأُمُوْرِ كُلِيَةً . 2 . Meninggalkan pilihan sendiri , melaksanakan dengan tunduk pilihan Guru Mursyid dalam segala اَنْ يَحْفَظَ شَيْخَهُ فِىْ غَيْبَتِهِ كَحِظْفِهِ فِىْ حُضُوْرِهِ .3 . Selalu menjaga Adab kepada Guru Mursyid sekalipun tidak di hadapannya , sebagaimana ketika berada di hadapannya .٤- اَنْ يَرَى كُلَّ بَرَكَةٍ حَصَلَتْ لَهُ مِنْ بَرَكَاتٍ الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ بِبَرَكَتِهِ 4 . Meyaqini bahwa segala sesuatu keberhasilan , baik urusan dunia maupun akhirat adalah karena barokah dari Guru Mursyid-nya .٥ - عَدَمُ التّطلع إلى تعبير الوقائع والمنامات والمكاشفات وان ظهر فلا يعتمد عَلَيْهِ وَبَعْدَ عرض الحال عَلىٰ الشَّيْخِ يَكُوْن مُنْتَظِرًا لِجَوَابِهِ مِنْ غَيْرِطَلَبِ ، وأَنْ سَأَلَ عَنْ مَسْأَلَةِ فاِيَاكَ وَاْلمُبَادَرَةِ بِالْجَوَابِ فِىْ حَضْرَتِهِ 5 . TIDAK BOLEH MENGAMBIL KEPUTUSAN SENDIRI tentang IMPIAN - IMPIAN dan PENGETAHUAN YANG MASUK KE DALAM HATI SEKALIPUN ARTINYA JELAS . Dan setelah menyampaikan kepada Guru Mursyid , maka tunggulah jawaban dan petunjuk Guru Mursyid . Dan jika bertanya pada Guru Mursyid tentang suatu masalah , maka jangan tergesa-gesa minta jawaban.$ads={1}٦ - اَنْ يُعَظِّمَ مَا أَعْطَاهُ لَهُ شَيْخُهُ وَلاَيُبَيِّعُهُ ِلأَحَدٍ وَلَوْ أَعْطَاهُ مَا أَعْطَاهُ .فَرُبَّمَا يَكُوْنُ طَوِىَ لَهُ فِيْهِ سِرًّا مِنْ أَسْرَارِ الْفُقَرَاءِ فِيْمَا يُعِيْنُهُ فِىْ الدَّارَيْنِ وَيُقَرَّبُهُ إِلىَ حَضْرَةِ اللهِ تَعَالىٰ 6 . MENGAGUNGKAN PEMBERIAN GURU MURSYID , jangan di jual atau diberikan kepada orang lain walaupun berupa apa saja pemberiannya . Terkadang pemberian Guru Mursyid itu mengandung Hikmah dan Rahasia yang bisa membantu keselamatan Dunia dan Akhirat dan mendekatkan kepada Alloh SWT .٧ - اَلْفِرَارُ مِنْ مَكَارِهِ الشَّيْخِ وَكَرَاهَةُ مَايَكْرَهُ طَبْعًا وَعَدَمُ إِرْتِكَابِهَا 7 . Menjauhi segala sesuatu yang tidak di senangi Guru Mursyid dan tidak menjalaninya . ٨ - اَنْ لاَيُجَالِسَ مَنْ كَانَ يَكْرَهُ شَيْخُهُ وَيُحِبُّ مَنْ يُحِبُّهُ 8 . Tidak boleh duduk bersama baca berkumpul dengan orang yang membenci Guru Mursyid dan cintai-lah orang yang dicintai oleh Guru Mursyid-nya .٩ - اَنْ لاَيَجْلِسَ فِىْ الْمَكَانِ الْمُعَدِّلَهُ وَلاَيُلِحُّ عَلَيْهِ فِىْ أَمْرٍ 9 . Jangan duduk di tempat yang di sediakan untuk tempat duduk Guru Mursyid dan jangan memaksa untuk secepatnya di Artikel " 9 Adab Murid Kepada Syekh Mursyid "Semoga BermanfaatWallahu a'lam BishowabAllahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah - Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh 1. Keyakinan penuh kepada Guru Mursyid dalam ajaran, bimbingan, dan pensuciannya atas diri murid-muridnya. – Mencintai Guru Mursyidnya dengan maksimal. – Meyakini kesempurnaan Guru Mursyid dalam mendidik dan membimbing. – Meyakini bahwa tidak ada samanya di daerah itu yang lebih utama dari Guru Mursyidnya. – Jika memandang orang lain lebih sempurna, maka ikatan cinta pun melemah, dan ucapan serta tindakan Guru Mursyid tidak banyak berpengaruh. – Sarannya adalah cinta. – Pengamal adab akan memperoleh tempat dan kecintaan di dalam qolbu sang Syeikh dan diridhoi dalam pandangan Allah Swt. Sebab dengan rahmat, anugerah, dan perhatian Allah Swt, Allah Swt senantiasa melihat dan mengawasi hati para kekasih atau wali-waliNya. Dengan bersemayam di dalam ruang qolbu Syeikh, rahmat dan anugerah Allah terus-menerus mengaliri segenap keberadaannya. – Keridhaan seorang Syeikh menandakan keridhaan Allah, Nabi Muhammad Saw dan seluruh Syeikh yang menempuh jalan Tasawuf. – Menghormati ulama-ulama dan para Syeikh adalah hak yang penting, tidak memenuhi hak mereka berarti menantang seorang Syeikh. – Ditengah para murid laksana Nabi dengan sahabat. 2. Ketetapan hati yang sempurna untuk mendatangi Guru Mursyid. – Sadarilah tanpa mendatangi Guru Mursyid, pintu tidak bakalan terbuka. – Jadi di depan pintu gerbang Guru Mursyid, harus berniat menyerahkan hidupnya dan mencapai tujuan. – Menjadikan perantara wasilah antara dirinya dengan Allah Swt. – Tandanya Tidak menolak dibimbing dan diarahkan oleh Guru Mursyid. – Ibarat dokter dengan pasien dan pemandi dengan jenazah. – Selalu menghadiri majelisnya. – Tidak berpaling kepada selain Guru Mursyidnya agar hatinya tidak bimbang antara 2 Mursyid. 3. Mematuhi perintah Guru Mursyid. – Dengan segenap jiwa dan raga mengakui kekuasaan Guru Mursyid dan mematuhi semua perintahnya. Sebab tanpa ketaatan tidak akan bisa mengetahui ketulusan dan apa yang bisa diraih. – Harus pasrah dan taat dalam semua perintah dan nasehat. – Jika Guru Mursyid marah atau menunjukkan sikap acuh tak acuh, janganlah memisahkan diri darinya, akan tetapi harus mawas diri, kemungkinan kekurang ajaran yang dilakukan atau telah melakukan pelanggaran atas perintah Allah atau telah melakukan larangan Allah. Hendaklah ia bertaubat kepada Allah dan minta maaf pada Guru Mursyid dan bertekad tidak mengulangi kesalahannya. 4. Tidak melawan kewibawaan Guru Mursyid. – Jika ada sesuatu yang tidak dapat dipahami dan kebenarannya belum dimengerti. Harus selalu ingat kisah Nabi Musa As. dengan Nabi Khaidir As. – Tidak boleh menentang Guru Mursyid dalam metode yang digunakannya untuk mendidik murid-muridnya. – Tidak menyalahi Guru Mursyidnya secara lahir dan tidak menentangnya secara batiniah. – Akibat dari akal dzahir yang terlalu diperturutkan. Komentar yang dilontarkan adalah tanda kebodohan, mungkin ia pintar ilmu logika tapi bodoh ilmu batin atau hikmah diam lebih baik jika tak mau bertanya. 5. Menafikan kehendak dan keinginannya sendiri. – Tidak boleh memulai sesuatu tanpa menyesuainya dengan keinginan Guru Mursyid. – Bersabar atas sikap-sikap Guru Mursyid yang merupakan bagian dari pendidikan. – Bergegas membantu Guru Mursyid sebisa mungkin. – Menghindari untuk tidak menyalahi Guru Mursyid, karena menyalahi Guru Mursyid adalah sebuah racun ganas yang bisa membahayakannya. – Murid tidak seyogyanya mencari-cari dalil dan alasan meminta rukhshah keringanan atas apa yang diperintahkan padanya. 6. Selalu menghargai pemikiran Guru Mursyid. – Tidak boleh melakukan apapun yang dilarang atau dibenci Guru Mursyid, walaupun dianggap persoalan kecil. – Jika sedang ada pertanyaan yang dilontarkan kepada Guru Mursyid, hendaknya murid diam. Jika ia menemukan kekurangan atau ketidak tepatan pada jawaban Syeikh, hendaklah tidak membantah. Akan tetapi ia bersyukur kepada Allah atas keutamaan ilmu dan nur yang diberikan khusus oleh Allah. Jika kesalahannya fatal, maka sebaiknya ia cepat menegurnya dengan sepatah kata sehingga Syeikh bisa langsung meralatnya, lalu ia murid bertobat sebab jalan terbaik bagi murid adalah diam. 7. Mengacu pada pengetahuan Guru Mursyid dalam menjelaskan makna berbagai macam pengalaman rohani atau mimpi. – Untuk membedakan kebenarannya, karena bisa jadi muncul dari ungkapan hasrat buruk yang terpendam atau kabar dari iblis. – Sampaikanlah pada Guru Mursyid agar bisa dipahami. 8. Menghormati ucapan Guru Mursyid. – Lidah Guru Mursyid merupakan mata rantai kehendak Allah Swt. – Harus yakin, bahwa Guru Mursyid adalah juru bicara Allah Swt dan bukan juru bicara hawa nafsu. – Qolbu Guru Mursyid laksana lautan yang luas dan berisi mutiara pengetahuan, permata ma’rifat dan selalu ditiup oleh angin rahmat dari Dzat Maha Abadi, dan menyisakan sebagian mutiara dan permata itu dibibir pantai lidahnya. Tidak ada ucapan Guru Mursyid yang sia-sia. – Karena berbekal kemunafikan dan pengetahuannya sendiri semata dan dorongan hawa nafsu seorang murid, ia tidak akan sampai kepada Allah dan tidak akan mendengarkan ucapan Guru Mursyid. 9. Merendahkan suara. 10. Menahan diri dari tindakan diluar batas. – Dengan ketidak sopanan karena terlalu gembira bersama Guru Mursyid atau terlalu banyak bertanya atau mendebat, akibatnya hijab kemuliaan atau kehormatan terkoyak dan pintu keberkahan pun tertutup. – Hendaklah mengagungkan Guru Mursyid dan menjaga kehormatannya, baik didepan maupun di belakang Guru Mursyidnya. – Senantiasa memulai pertemuan dengan ucapan salam. – Ikut berdiri ketika ia berdiri. Contoh dilarang  Membebani Guru Mursyid dalam urusan kepengurusan  Mendahului Guru Mursyid makan, minum, dan bertindak kecuali atas izinnya.  Panggilan yang tidak dengan sebutan kehormatan.  Berlalu lalang jalan dekat di hadapannya.  Menyibukkan diri saat Guru Mursyid bicara, misal berdzikir dengan tasbih atau sejenisnya.  Tertawa yang panjang dan keras di hadapannya saat Guru Mursyid bicara.  Banyak bicara di hadapannya.  Keluar dari Majelisnya bergerak keluar.  Ribut di dalam Majelisnya.  Menggelar sajadah di hadapannya kecuali saat shalat.  Menggulung sajadahnya sementara di atas sajadahnya ada orang yang lebih tinggi tingkat spiritualnya.  Berbicara di hadapan Guru Mursyid kecuali dalam kondisi darurat bertanya pada teman dan tidak menunjukkan sedikitpun keistimewaan dan kelebihan dirinya di hadapan Guru Mursyid.  Meminta kembali sesuatu yang ia berikan kepada Guru Mursyid, hal ini merupakan dosa besar dan dapat membatalkan status kemuridannya. “Orang yang menarik kembali hibah yang telah diberikannya seperti anjing yang menjilat muntahannya sendiri.” HR. Bukhari  Marah terhadap Guru Mursyid. Ia harus cepat-cepat minta ampun kepada Allah Swt dan meminta maaf kepada Guru Mursyid dan merendahkan diri kepadanya.  Memegang bajunya ketika ia berdiri. 11. Mengetahui waktu yang tepat untuk bicara. – Tidak boleh terburu-buru dan bicara kasar. – Sebelum berbicara, harus menunjukkan kerendahan hati, tenang dalam berucap dan jangan terlalu banyak bertanya. – Tidak meminta penjelasan tentang sesuatu masalah ditengah perjalanan hingga sampai kerumahnya dan tidak banyak bertanya ketika ia merasa jenuh. 12. Menjaga batas kehormatannya sendiri. – Tidak boleh berbicara sesuatu masalah yang bukan menjadi bagian dari kedudukannya maqam. – Harus bersikap jujur dan ikhlas dalam bergaul dengan Mursyidnya. – Jika berlangsung suatu perkara di depan Guru Mursyid, murid berhak diam meskipun dia memiliki penjelasan dan jawaban atas perkara itu. 13. Mampu menjaga rahasia-rahasia Guru Mursyid. – Tidak boleh mengungkapkan setiap keadaan berupa keajaiban, mimpi dan pengalaman rohani yang dirahasiakan oleh Guru Mursyid. – Rahasia adalah aib dan menyebar luaskan aib adalah dosa karena akan mengakibatkan fitnah. – Tidak menyampaikan ucapan-ucapan Guru Mursyidnya kepada manusia, kecuali sesuai dengan kadar pemahaman dan nalar mereka. – Jika melihat suatu aib pada diri Guru Mursyid mesti ditutupi. – Jika Guru Mursyid pernah keliru, lalu kembali ke jalur syara’, maka ia harus meyakini bahwa aib dan kesalahan yang dulu benar-benar telah hilang dan Guru Mursyid telah naik ke derajat yang lebih tinggi. Ini merupakan fase peralihan antara 2 status spiritual hal, sebab setiap peralihan status spiritual memiliki fase pemisah, antara hukum rukhshah syara’, kemudian ibahah, kemudian azhimah hukum asli dan ketentuan yang lebih berat Al-Asyadd. Kesalahan dan keinsyafan yang dilakukan Guru Mursyid harus dipandang simbol berakhirnya status pertama, untuk kemudian masuk ke ambang status kedua peralihan dari satu wilayah ke wilayah lain. Dengan kata lain melepas jubah kewalian tertentu dan memakai jubah kewalian lain yang lebih tinggi dan mulia. Sebab setiap hari mereka bertambah dekat dengan Allah para wali. 14. Mengungkapkan berbagai rahasia kepada Guru Mursyid. – Setiap keajaiban dan anugerah yang diberikan Allah kepadanya harus segera diceritakan kepada Guru Mursyid, untuk memperoleh penjelasan dan penilaian dari Guru Mursyid. 15. Berbicara kepada Guru Mursyid sesuai dengan kadar pemahaman pendengar lainnya. Referensi 1. “Rahasia Perjalanan Menuju Allah” Syeikh Muhammad Efendi Sa’ad As Singkawani Al Jawi 2. “Menelusuri dan Memahami Jalan Kesufian” Syeikh Abdul Qadir Al Jailani 3. “Lautan Hakikat” Syeikh Abdul Qadir Al Jailani 4. “9 Risalah Al Ghazali” Imam Al-Ghazali 5. “Hakikat Tasawuf” Abdul Qodir Isa 6.”Awaarif Al-Ma’aarif Puncak Pengetahuan Ahli Makrifat” Syeikh Syihaabuddin Umar Suhrawardi Kamis, 18 Oktober 2018 Adha Risyandi Bincang-bincang di grup Mujahadah Qolbu-2 WhatsApp >Adicacuk Bagaiman adab kita sebagai murid ke guru rohani kita…? ini yang tanya dari ujung wetan jawa barat. >Richard All Hadis Adab itu lebih utama dari pada ilmu. Sedikit adab lebih baik dari banyaknya ilmu. 1. Adab kesopanan dalam mujahadah. Selain adab hati hendaknya juga memperhatikan adab lahir misalnya pakean, wewangain dan sikap. Orang yang membaca solawat seseungguhnya Rosuulalloh hadir dihadapan orang yang sedang membaca solawat. Demikian juga guru rohani kita banyak para pengamal yang diberi rukiyah solehah melihat beliau RA. hadir dihadapan orang yang sedang bermujahadah. Bagaimana kalau kaki pegel atau kesemutan..? Menahan diri lebih baik tapi kalau sudah tidak tahan. Boleh menjelonjorkan meluruskan kaki untuk mengurangi rasa pegel ke arah samping. Bukan ke arah depan. Setelah itu cepatlah kembali dalam posisi yang sopan Sebagaiman solat kita tidak boleh meludah ke depan tapi kesamping Richard All Hadis 2. Adab kepatuhan Hendaknya seorang murid pasrah, patuh, dan ridlo dengan pengaturan Guru Mursyid, Siap mengabdi menyumbangkan harta dan mencurahkan tenaganya untuk Guru Mursyidnya, Karena bukti kehendak dan cintanya murid terhadap Guru Mursyid tidak bisa di buktikan kecuali dengan cara ini, kejujuran dan keikhlasan murid tidak bisa diketahui kecuali dengan ukuran ini. Bukan karena banyaknya mujahadah 3. Adab batin Tidak boleh seorang murid itu menentang apa yang dilakukan oleh Guru Mursyidnya. sekalipun lahirnya kelihatan haram. dan jangan protes kepada Guru Mursyid semisal “mengapa saya harus lakukan begini ?. Sebab barang siapa protes kepada Guru Mursyidnya tidak akan beruntung selamanya. Terkadang Guru Mursyid melakukan perbuatan yang tercela pada lahir tapi terpuji pada bathin. Seperti kisah Nabi musa AS yang berguru kepada Nabi Khidir. Ditengah jalan Nabi khidir membunuh anak kecil yang tidak berdosa Nabi Musa protes “kenapa Anda melakukan perbuatan itu” sehingga Nabi Musa tidak mendapatkan bagian yang semestinya. Baca kisah lengkapnya disini 4. Adab kepatuhan. Seoarang murid hendaknya meninggalkan pilihannya sendiri dan melaksanakan dengan tunduk pilihan Guru Mursyidnya dalam segala urusan, secara keseluruhan maupun sebagian, urusan ibadah maupun kebiasaan. Dan tanda murid yang jujur adalah, jika Guru Mursyid perintah semisal “masuklah kamu kedalam tungku” pawonan yang sedang menyala, maka dengan rela murid itu masuk kedalamnya. 5. Adab murid kepada guru baik dalam urusan doa maupun terhadap sesama. Sebaiknya murid yaqin nancep di hati bahwa segala sesuatu yang berhasil dengan baik. Apakah itu urusan dunia maupun akhirat semata-mata karena barokahnya Guru Mursyid. Tanpa Nadrohnya tidak akan berarti apa-apa. Selalu menjaga Adab kepada Guru Mursyidnya juga terhadap murid muridnya sekalipun tidak di hadapannya, sebagaimana ketika di hadapannya. *Barang siapa yang tidak menjaga adab kepada murid2nya berarti ia berdusta*. Jangan membicarakan tentang keadaan pribadi Guru Mursyid secara mutlak kepada sembarang orang meski kita tau akan hal itu. Kadang-kadang ini menjadi celakanya murid seperti yang terjadi pada kebanyakan murid. Sebaiknya seorang murid sebaiknya selalu berbaik sangka kepada Guru Mursyidnya didalam segala hal. Mohon dikoreksi jika tersalah Silahkan dibagikan semoga bermanfaat Navigasi pos Sumber Facebook Arif Wibowo. Dalam perjalanan bertarekat, menjaga adab merupakan sesuatu yang prinsip asas, dasar untuk memastikan perjalanan menuju Allah suluk mencapai maksud dan tujuannya. Beberapa adab murid kepada Guru Mursyid adalah 1. Yakin dan percaya Seorang murid harus memiliki keyakinan penuh bahwa maksud dan perjalanan suluknya tidak akan selamat tanpa peran dan perantaraan Guru Mursyid. Tanpa berpegang teguh pada ajaran dan arahan guru, seorang murid tidak akan terfasilitasi dalam mengatasi setiap rintangan dan godaan yang seringkali samar dan tidak terlihat dari pandangan mata seorang murid. Baca juga Tradisi Mengenang Guru dalam TQN Pontren Suryalaya Jangan sekalipun kita meragukan peran Mursyid dalam membimbing, mengawasi, dan mengawal perjalanan kita. Terlebih ketika misalnya kita ditempatkan pada suatu hal dan keadaan yang tidak sesuai dengan harapan dan kehendak kita. Jangan pernah berpikir bahwa sang Mursyid tidak mau peduli, mengabaikan, atau meninggalkan kita. Satu yang perlu kita ingat bahwa seorang Mursyid sangat amat kasih dan sayangnya kepada semua muridnya. Bahkan beliau jaminkan dirinya untuk keselamatan dan kebahagiaan murid-muridnya, yaitu untuk keselamatan dunia dan akhirat, untuk kebahagiaan dzahir dan bathin. Di sisi lain, seorang Mursyid adalah kekasih Allah, yang diberikan limpahan kuasa untuk memberi pertolongan dan ijabah untuk para muridnya. Seorang Mursyid memiliki pandangan tajam dalam memilihkan jalan dan keadaan terbaik untuk muridnya. Baca juga Guru Mursyid Ibarat Dokter yang Mengobati Penyakit Qalbu Jangan pernah berpikir untuk berhenti dalam bertarekat atau berpindah Mursyid hanya karena hal dan keadaan kita tidak kunjung juga sesuai dengan harapan dan keinginan kita. 2. Patuh dan Melayani Khidmat Seorang Murid harus mengikuti secara penuh apa-apa yang diajarkan oleh Guru Mursyidnya. Kepatuhan seorang Murid ditunjukkan dengan menjalankan wirid-wirid hanya sesuai dengan yang diajarkan. Jangan sampai kita mengubah ajaran guru atau menambah dengan menyisipkan bacaan hanya karena kita merasa yang kita sisipkan adalah bacaan yang mempunyai fadhilah yang bagus atau kaifiat yang mantap. Sungguh, bahwa amaliah yang diberikan oleh Guru kepada Muridnya itu sudah sempurna dan jauh lebih baik daripada dugaan dan penilaian yang terlahir dari keterbatasan ilmu kita. Baca juga Kalian Jago Kandang Bantu TQN Jogja Selain itu, karena jauhar-nya iradah dan mahabbah tidak akan didapatkan seorang murid kecuali dengan tunduk, patuh, dan khidmat melayani Guru Mursyid, maka diantara adab seorang murid adalah mewujudkan khidmat kepada guru dengan rasa senang, rela, dan ikhlas hanya karena Allah Swt. 3. Tidak menduakan Guru Mursyid Menduakan dalam hal ini maksudnya adalah menjalankan amaliah dari dua tarekat sekaligus. Mengambil ijazah dari Mursyid lain dan mengamalkan ajaran thariqah lain di luar yang diajarkan oleh Guru, sama saja meragukan Mursyid kita. Hal inilah yang sering tidak disadari dan seringkali menjadi sebab timbulnya kebingungan dan menjadi gagalnya perjalanan seseorang. Amaliah TQN itu simple. Apa yang diajarkan, lakukan, genggam erat, istiqamahkan. Penulis Arif Wibowo, Ketua LDTQN Yogyakarta Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe! Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan ______ Tiga Adab Seorang Salik Terhadap Mursyid Didalam bertareqat atau menempuh jalan rohani seorang murid salik sangat di tuntut untuk melaksanakan adab yang berlaku dalam tarekat tersebut, karena menurut para ulama adab jauh lebih utama dari ilmu. Jika seorang salik tidak memilki adab kepada sang guru, sudah bisa di pastikan bahwa perjalanannya itu akan sia-sia, si salik tidak akan mendapatkan apa-apa dari perjalanannya itu. Di dalam bertarekat adab adalah hal yang utama. Orang yang tak memiliki adab tak pantas berada di jalan Tuhan. Tak berilmu tapi beradab kepada mursyid tentu akan lebih cepat sampai ke tujuan dari pada berilmu tapi tak beradab kepada mursyid, tentu yang lebih baik adalah berilmu dan beradab sekaligus kepada pembimbing rohaninya. Didalam tarekat adab tiga adab yang mesti di pahami dan dilaksanakan oleh seorang salik yang sedang menempuh jalan ketuhanan seperti yang di jelaskan oleh Mursyid dari Tarekat Qodiriyah Hanafiah Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar-Rabbani. Tiga adab tersebut adalah 1. Adab seorang murid kepada mursyidnya tidaklah boleh melebihi adabnya kepada kedua orang tuanya sendiri. Bagaimana sikap seorang murid kepada orang tuanya, maka begitujugalah sikapnya kepada mursyidnya. Contohnya dalam hal mencium tangan guru atau mursyid, jika si murid selalu mencium tangan orang tuanya, maka bolehlah simurid mencium tangan guru atau mursyidnya. Tapi jika tak pernah mencium tangan orang tuanya di saat bersalaman contohnya, maka tak mengapa jika tak mencium tangan guru mursyidnya, karena adab kepada gurunya tidak boleh melebihi adabnya kepada orang tuanya sendiri. 2. Seorang murid menganggap dan memposisikan mursyidnya sebagai orang tua spritualnya Mursyid bagi murid adalah orang tua rohani, sedang ayah dan ibunya adalah orang tua bagi jasmaninya. Kedudukan orang tua jasmani sama dengan orang tua rohaninya, sehingga adab kepada orang tuan rohaninya tidak boleh melebihi adabnya kepada orang tua jasmaninya. 3. Seorang murid wajib menghormati mursyid lain diluar dari thariqahnya sebagaimana dia menghormati mursyidnya sendiri. Menghormati mursyid dari tarekat lain berarti menghormati mursyid tarekat sendiri, dan tidak menghormati mursyid tareqat lain Tarekat yang muktabaroh berarti tidak menghormati mursyid sendiri. Untuk penjelasannya simak video singkat berikut oleh Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar-Rabbani tentang adab murid kepada guru mursyid. Semoga dapat mencerahkan dan menambah pengetahuan kita tentang adab seorang murid yang sedang menempuh jalan kerohanian kepada guru pembimbing spritualnya. Wassalam. Artikel selanjutnya Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah - 4 Maqam Dalam Tasawuf Pengamal Tarekat harus Bersatu - Tuangku Syeikh Muhammad Ali Hanafiah Hakikat Bai'at Dalam Tarekat - Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti. Adab murid terhadap guru – Tentunya setiap orang yang menuntut ilmu, seharusnya sebelom menuntut ilmu wajib belajar ilmu adab dulu. Karna orang yang mempunyai adab, sudah pasti mempunyai tersebut dijelaskan oleh, Syaih Abdul Qodir Al-Jailani Apabila kita ingin mencari makhluk yang alim, maka Iblis lebih alim dari manusia. Tetapi Iblis dikeluarkan dari surga, karna tidak mempunyai adab kepada nabi Adam seharusnya, wajib bagi setiap penuntut ilmu untuk menghiasi dirinya dengan akhlak, dan adab yang mulia. Selain kita dianjurkan menuntut ilmu, kita wajib menghormati orang yang mengajari ilmu yaitu saya bahas dengan singkat dan jelas, bagaimana tata cara adab murid terhadap guru yang benar menurut para Adab Murid Terhadap Muridsumber Ulama adalah satu satu pewaris nabi yang masih ada di zaman ini. Oleh karna itu, kita harus belajar adab-adab murid terhadap guru agar bisa patuh kepadanya. Karna guru adalah aspek yang besar dalam mengajarkan ilmu kepada telah disampaikan dari Rasulullah dalam haditsnya ان الانبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما وانما ورثوا العلم“Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu”Adab Murid di dalam KelasKetika pelajaran sudah dimulai maka kita harus konsentrasi dalam mendengarkan apa yang telah guru sampaikan. Agar ilmu yang kita dapatkan menjadi ilmu yang Hatim Al-Asham berkata “janganlah kamu melihat siapa orang yang berbicara, akan tetapi lihatlah kepada apa yang ia bicarakan”Keterangan ini disambil dari Al-Manhaj As-SawiyOleh sebab itu, kita wajib mendengarkan apa yang telah guru sampaikan selama kita berada di pondok pesantren. Karna 70% ilmu bisa diperoleh dengan sebab ikatan yang kuat antara murid dan Murid Ketika BerbicaraPara ulama sudah menjelaskan tentang adab bertanya kepada guru, karna bertanya juga memilki adab di dalam agama bertanya, maka harus disampaikan dengan cara yang penuh kelembutan, jelas, singkat dan tenang. Agar guru menjawabnya dengan penuh kasih Bakr Abu Zaid berkata ”Pakailah cara yang baik dalam bertanya kepada guru, gunakan adab saat kamu berbicara dengan-Nya”Keterangan tersebut diambil dalam Kitab, Hilyah Tolibil IlmiImam Abu Hanifah berkomentar Jika beliau duduk dihadapan Imam Malik, beliau layaknya seorang anak yang duduk di depan Duduk dihadapan GuruDuduklah dengan tenang dihadapan guru, jangan bersandar, dan membentangkan kaki. Karna ini merupakan ajaran dari para salaf kita. Yang telah menjadi suri tauladan bagi setiap Syafi’i berkata “Aku membuka lembaran kitab dihadapan Imam Malik, dengan sangat pelan karena memuliakannya. Agar beliau tidak mendengar suara jatuhnya lembaran itu”Keterangan ini diambil dari kitab Al- Manhaj As-Sawiy.Karna dulu para sahabat ketika duduk bersama Rasulullah. Tidak ada seorangpun yang berbicara, apalagi bercanda yang tidak ada gunanya. Hanya ingin mendapatkan barokah Adab Terhadap Gurusumber guru adalah salah satu kewajiban kita sebagai murid. Karna guru termasuk aspek yang paling besar dalam kehidupan kita. Dengan adanya seorang guru, kita bisa mengetahui siapa tuhan para pepatah berkata لو لا مربي ما عرفت ربي“Seandainya kalau bukan karna guruku, maka aku tidak pernah tahu siapa tuhanku”Karna guru mengajarkan kita, tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada seorang murid mempuyai akhlak yang kurang baik kepada gurunya. Maka akan mendapatkan dampak negatif terhadapnya, contoh Hilangnya keberkahan GuruSeorang guru mempunyai hak-hak dalam mengajar muridnya. Maka dengan itu kita hormati hak guru para ulama salaf telah memberikan contoh kepada kita semua, agar supaya senantiasa menghormati Abu Zakariya Al-Anbani berkata “Ilmu tanpa adab seperti jasad tanpa ruh, dan adab tanpa ilmu pohon yang tidak berbuah”Ini adalah ajaran para ulama salaf kita. Yang telah memberikan contoh, cara menghormati terhadap Prilaku dan AkhlaknyaSuatu kewajiban bagi kita, untuk mengambil ilmu serta meniru akhlak yang baik seorang guru. Namun akhlak buruknya jangan sampai dijadikan tujuan seorang penuntut ilmu, hanya ingin mengambil ilmu dari seorang guru, kemudian meniru ulama berkata “Jadikanlah gurumu sebagai contoh untukmu dalam berakhlak yang mulia, apabila gurumu itu sangat baik akhlaknya”Berprasangka Baik KepadanyaKita harus mempunyai prasangka yang baik kepada guru kita. Memuji akhlaknya yang penuh keangungan, mengikuti arahannya. Agar senantiasa mendapatkan keberkahan sumber hukum Islam mengajarkan kepada kita bahwa guru adalah salah satu orang berilmu yang benar-benar harus dihormati. Sebab dari guru, kita mendapatkan ilmu yang tak para sahabat, rela melakukan perjalanan yang jauh hanya untuk mendapatkan satu hadits saja. Yang disampaikan oleh gurunya di majelis adalah adab-adab murid terhadap guru yang perlu di terapkan ketika menuntut ilmu Merendahkan Diri di Hadapan Gurusumber seorang santri harus membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela, seperti Sombong, dengki, dan berdusta. Baik itu berada dihadapan orang lain, lebih-lebih berada dihadapan orang yang sombong, biasanya sulit menerima nasehat dari seorang guru. Oleh sebab itu merendah dirilah dihadapan guru, agar ilmu yang kita dapatkan menjadi di dalam kitab tadzkirah sami’ hal. 88.“Hendaklah seorang murid mengetahui bahwa tunduknya kepada guru adalah kebanggaan, sedangkan rendah dirinya adalah kemuliaan”Sebagian ulama berkata Bahwa 70% ilmu itu bisa didapatkan, dengan adanya sebuah ikatan yang kuat, antara murid dan Terhadap Kesalahan Gurusumber guru pasti mempunyai karakter yang berbeda-beda. Ada yang keras, adapula yang mempunyai sifat yang lemah lembut. Maka sudah seharusnya kita bersabar, dan jangan pernah berpaling guru juga manusia biasa, yang pantas pada dirinya adalah sebuah kesalahan dan dosa. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh para pepatah; “Manusia adalah tempat lupa dan keliru”.Imam Syafi’i berkata “Gagalnya seorang murid mendapatkan ilmu, karna memusuhi penghuninya”Hendaknya terus bersabar dengan sikap keras dan akhlak buruk seorang guru. Banyaklah besyukur atas ilmu dan arahan yang telah didapatkan. semoga dengan adanya kesabaran, kita bisa mendapatkan ilmu yang Kebaikan untuk Gurusumber satu hal yang dapat kita lakukan untuk membalas jasa-jasa guru kita adalah, mendo’akan yang terbaik kepadanya. Karna kebaikan hanya bisa dibalas dengan kebaikan salaf berkata “Tidaklah saya mengerjakan sholat kecuali saya mendo’akan guru-guruku”Jika bukan karna ilmu yang guru sampaikan kepada kita. Munkin sampai saat ini, kita dalam keadaan dengan itu tuntutlah ilmu dari sejak kita usia dini, sampai kita masuk ke liang kubur. Karna kewajiban seorang islam menuntut ilmu tidak akan berhenti sampai kita pahamilah bagaimana tata cara adab yang benar terhadap guru. Agar ilmu yang kita dapatkan menjadi ilmu yang bermanfaat baik untuk agama dan sebaik-baiknya raja, adalah raja yang bersandar pada pendapatnya para ulama, dalam mengambil sebuah artikel yang saya tulis kali ini, bisa memberikan manfaat kepada siapapun yang kepada para penuntut ilmu, yang masih belom mengetahui tata cara adab yang benar kepada seorang guru. Semoga artikel ini menjadi tambahan wawasan kepadanyaTerahir dari saya, barang kali ada pertanyaan yang ingin diajukan. Tentang adab murid terhadap guru dan sejenisnya. Bisa kirimkan melalui from komentar yang telah tersedia di bagian bawah situs ini. Juga diharapkan, kritik dan sarannya, bagi semua teman-teman membacanya. Abstrak Ilmu merupakan pengetahuan yang sudah klasifikasi,diorganisasi,disistematisasi dan diinterpretasikan untuk menghasilkan kebenaran yang objektif sehingga dapat diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara menurut Al-Qur'an mencakup segala macam pengetahuan dan ilmu yang berguna bagi semua manusia dalam kehidupannya,baik dimasa kini ataupun berguna dimasa yang akan datang,berguna didunia dan karena itulah kita sebagai hamba Allah yang menciptakan di muka bumi,harus menguasai ilmu,wajib hukumnya bagi kaum muslimin ataupun muslimat untuk menuntut menciptakan manusia untuk menuntut ilmu tidak hanya ilmu dunia saja,namun ilmu akhiratpun perlu karena apabila kita ingin bahagia di dunia maupun akhirat hendaklah dengan mencari ilmu karena menuntut ilmu itu merupakan suatu kewajiban bagi seorang laki-laki maupun perempuan,tua maupun muda,orang dewasa maupun anak-anak menurut cara-cara yang sesuai dengan keadaan,bakat dan kemampuan. Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu,yaitu akal dan tidak boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya berdasarkan Al-Qur'an dan itulah ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat abadi yang tingkat kebenarannya bersifat mutlak karena bersumber dari wahyu Allah dan ilmu yang bersifat perolehan yang tingkat kebenarannyabersifat nisbi karena sumbernya dari akal pikiran manusia. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna karena dibekali seperangkat potensi dan potensi yang paling utama dalam diri manusia adalah akal manusia dapat berfikir dan hasil pemikirannya itu berupa ilmu pengetahuan dan teknologi,jadi sebagai manusia yang sempurna yang diberikan akal yang sehat Allah mewajibkan manusia untuk menuntut pengetahuan dan teknologi tersebut hendaklah dikembangkan berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt karena apabila kita kembangkan dengan rasa iman dan takwa maka Allah akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk juga penjelasan ini banyak ayat dan hadis yang mewajibkan uamt untuk menuntut ilmu salah satunya surat Al-Mujadilah ayat 11dan masih banyak hadis yang menjelaskan kewajiban menuntut ilmu. Disamping menuntut ilmu,hendaklah bertanggung jawab atas kelestarian alam dan lingkungan sekitar, karena apabila tanggung jawab tidak dilakukan dan justru berbuat kerusakan di muka bumi ini maka fungsi manusia sebagai khalifah dan pemakmur di muka bumi telah bergeser menjadi perusak yang pada akhirnya berdampak ekologis bagi keseimbangan alam sekaligus bagi kelangsungan generasi selanjutnya,dan ketika lingkungan rusak maka susah pula tempat untuk menuntut ilmu,jadi orang berilmu juga harus menjaga lingkungan disekitarnya. Sebagai ilmuan apa yang telah diperoleh dalam menjadikan dunia Islam pada masa lampau menjadi pusat pengembangan ilmu dan kebudayaan, Insya Allah dimasa mendatang kejayaan tersebut akan berulang kembali seandainya umat islam tersebut mempelajari dan mengamalkan ajaran Agama Islam secara menyeluruh. Kata kunci Kewajiban menuntut ilmu menurut Al-Qur'an dan Al-Hadits Abstract Science is knowledge that has been classified, organized,syastematized and interpreted to produce an Objective truth that can be verifiable and according to the Qur " an includes all kinds of knowledge that is useful for people in their lives,either the present or the servants of God who have been created in the earth,must master not onlu the world " s but also eschatology because if we want to be happy in this world and hereafter must